Banyak orang berkunjung ke vihara dengan tenang—menyalakan dupa, berdoa, lalu pulang dengan hati damai. Tapi pernahkah kamu bertanya: “Berapa biaya yang dibutuhkan untuk merawat tempat suci seperti ini tiap bulannya?”
Di balik ketenangan sebuah vihara, ada urusan duniawi yang tetap harus berjalan. Listrik yang menyala setiap hari, dupa dan lilin yang dibakar tanpa henti, air bersih, biaya kebersihan, dan bahkan gaji untuk penjaga dan petugas ritual. Semua itu bukan hal kecil.
💡 Key Takeaways
- 💰 Biaya operasional bulanan vihara bisa mencapai jutaan hingga puluhan juta rupiah, tergantung skala dan aktivitasnya.
- 🧘♂️ Pengeluaran utama mencakup listrik, dupa & perlengkapan ibadah, kebersihan, dan perawatan bangunan.
- 🏯 Vihara besar biasanya memiliki pengurus penuh waktu yang dibayar atau disokong oleh komunitas.
- 📦 Sumber dana utama berasal dari donatur, umat, dan hasil acara keagamaan.
- 🗓️ Periode seperti Imlek, Waisak, dan Cap Go Meh bisa membuat biaya melonjak 2-3 kali lipat dari biasanya.
Apa Saja Komponen Pengeluaran Sebuah Vihara?
Pengeluaran vihara bisa dibilang seperti rumah besar yang dihuni banyak orang—tapi dengan fungsi spiritual yang lebih dalam. Berikut beberapa pengeluaran utama:
🔌 Listrik dan air: Untuk penerangan altar, AC, kipas angin, lampu taman, serta kebutuhan dapur umum jika ada kegiatan keagamaan.
🕯️ Dupa, lilin, dan perlengkapan ibadah: Ini digunakan setiap hari. Dupa bukan sekadar ritual, tapi simbol penghubung antara manusia dan semesta.
🧹 Kebersihan & pemeliharaan: Termasuk menyapu area vihara, membersihkan patung-patung, kolam, taman, dan toilet.
🏠 Perawatan bangunan: Atap bocor, lantai retak, pengecatan ulang, dan perawatan arsitektur Tionghoa yang sering butuh spesialis.
👨🔧 Petugas tetap: Seperti penjaga altar, pemangku vihara, petugas keamanan, juru masak saat acara, dan pengelola keuangan.
📜 Administrasi & program keagamaan: Buku puja, pelatihan meditasi, dan program sosial seperti pembagian sembako.
Estimasi Biaya Vihara Skala Menengah (Per Bulan)
| Komponen Pengeluaran | Estimasi Biaya (Rp) |
| Listrik dan air | 2.000.000 – 3.500.000 |
| Dupa, lilin, bunga & persembahan | 1.500.000 – 4.000.000 |
| Gaji petugas & penjaga | 4.000.000 – 8.000.000 |
| Kebersihan & sanitasi | 1.000.000 – 2.500.000 |
| Pemeliharaan bangunan | 2.000.000 – 5.000.000 |
| Biaya administrasi & kegiatan | 1.000.000 – 2.000.000 |
| Total Estimasi Bulanan | 11.500.000 – 25.000.000 |
📌 Ini estimasi untuk vihara berskala menengah dengan kunjungan aktif setiap minggu. Untuk vihara besar seperti Widhi Sakti Singkawang atau Nam Hai Sukabumi, biaya bisa naik hingga Rp40–70 juta per bulan, apalagi saat event besar.
Kata Mereka: Pengurus Vihara Bicara Soal Uang
Saya sempat ngobrol dengan Pak Harianto, bendahara salah satu vihara di Jawa Barat. Kata beliau:
“Banyak yang kira semua ini gratis. Tapi tiap bulan kami harus mikir: gimana caranya bayar listrik, beli dupa, sampai gaji petugas. Untungnya, umat di sini cukup peduli dan sering berdonasi.”
Beliau juga menyebut bahwa donasi terbesar biasanya datang saat perayaan besar seperti Imlek atau Waisak. Tapi setelah itu, kas vihara bisa ‘kering’ dalam hitungan minggu kalau tidak dikelola dengan hati-hati.
Darimana Sumber Dana Vihara?
💸 Kalau bukan dari pemerintah, lalu dari mana dana untuk membiayai semua operasional itu?
🎁 Donasi umat: Saat sembahyang, banyak orang menyelipkan uang ke kotak donasi sebagai bentuk penghormatan. Bisa harian atau rutin bulanan.
🛍️ Penjualan dupa & perlengkapan ibadah: Vihara biasanya punya toko kecil yang menjual dupa, lilin, bunga, atau buah persembahan.
📅 Event tahunan: Vihara mengadakan perayaan besar seperti Imlek, Cap Go Meh, Waisak—dan umat akan berdonasi lebih banyak.
💼 Sponsor pribadi atau yayasan: Beberapa vihara memiliki sponsor tetap dari tokoh Tionghoa, pengusaha lokal, atau keluarga filantropis.
“Kami tidak pernah memaksa orang untuk menyumbang. Tapi kalau mereka merasakan manfaat spiritual, biasanya datang sendiri untuk membantu,” kata Bu Mei, pengurus vihara di Kalimantan Tengah.
Biaya Akan Melonjak Saat Perayaan Besar
✨ Periode seperti Imlek, Waisak, dan Cap Go Meh adalah waktu paling padat. Biaya yang sebelumnya 20 juta bisa naik jadi 50 juta rupiah lebih!
Mengapa?
🎆 Dekorasi lampion besar-besaran
🥁 Pembelian petasan, alat musik barongsai
🍱 Konsumsi massal untuk ribuan umat
🎤 Sewa alat suara untuk doa & pertunjukan
🧧 Biaya undangan biksu atau pemangku dari luar kota
📍 Beberapa vihara bahkan menyewa tempat parkir tambahan, petugas keamanan, dan tim dokumentasi.
Kenapa Vihara Tidak Meminta Iuran Wajib?
Berbeda dengan tempat ibadah lain yang kadang menarik iuran rutin dari jamaah, banyak vihara tidak menerapkan iuran wajib. Semuanya dilakukan berdasarkan keikhlasan.
🧘♀️ Ini sesuai filosofi Buddhisme: memberi dari hati, bukan karena kewajiban.
Tapi tentu saja, tantangannya adalah ketidakpastian pemasukan. Karena itu, pengurus vihara harus pintar mengatur dana, menghemat pengeluaran, dan mengelola program dengan efisien.
Cerita Unik: Ketika Vihara Terancam Tutup
Tahun 2020, salah satu vihara kecil di daerah Jawa Tengah nyaris tutup. Pandemi membuat pengunjung turun drastis, dan kotak donasi kosong.
Pak Liem, pengurus vihara tersebut, harus menggunakan tabungannya pribadi untuk membeli dupa dan membayar listrik. Ia bahkan tidur di vihara agar tak perlu membayar penjaga malam.
“Saya percaya ini tempat suci, gak boleh kosong. Jadi meski gak ada orang, saya tetap nyalakan lilin dan dupa setiap pagi,” ujarnya haru.
Akhirnya, berita ini viral, dan dalam seminggu bantuan mengalir. Tapi kisah ini mengingatkan kita bahwa perawatan tempat ibadah bukan hal sepele.
Tips: Mau Berdonasi Tapi Takut Salah Tempat?
💌 Kalau kamu ingin membantu perawatan vihara tapi khawatir dana disalahgunakan, ini yang bisa kamu lakukan:
🎯 Donasi langsung ke bendahara vihara yang resmi.
🪪 Minta bukti donasi atau kwitansi (jika tersedia).
📊 Cek laporan keuangan atau papan informasi kas (banyak vihara transparan).
🧧 Atau, sumbangkan barang—dupa, lilin, alat kebersihan.
Kadang, bantuan kecil seperti menyumbang 1 box lilin bisa jauh lebih berarti daripada uang tunai.
Frequently Asked Questions (FAQ)
❓ Berapa biaya listrik untuk vihara per bulan?
Untuk vihara menengah, sekitar Rp 2–3 juta. Vihara besar bisa sampai Rp 10 juta lebih jika ada AC, penerangan taman, dan fasilitas multimedia.
❓ Apakah vihara mendapat subsidi dari pemerintah?
Tidak. Sebagian besar vihara hidup dari donasi umat dan sponsor pribadi.
❓ Apa yang membuat biaya vihara jadi tinggi?
Utamanya saat acara besar seperti Imlek dan Cap Go Meh. Selain itu, biaya perawatan bangunan kuno dan upacara rutin juga menyerap dana besar.
❓ Apakah boleh ikut membantu sebagai relawan?
Sangat boleh. Vihara sering butuh bantuan tenaga untuk bersih-bersih, menyiapkan altar, atau mengatur acara keagamaan.
❓ Donasi apa yang paling dibutuhkan?
Dupa, lilin, bunga, alat kebersihan, dan dana untuk perbaikan bangunan biasanya jadi kebutuhan utama.


