Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, banyak orang mulai bertanya-tanya: “Masih bisa jualan apa ya, kalau orang-orang lagi nggak punya uang?” Sebuah pertanyaan yang sederhana, tapi menyimpan keresahan mendalam. Karena saat daya beli masyarakat menurun, banyak bisnis mendadak sepi. Lapak-lapak yang dulunya ramai mendadak kosong. Tapi… selalu ada peluang di tengah tantangan, bukan?
Bagi kamu yang sedang galau memikirkan usaha apa yang bisa tetap bertahan bahkan di tengah resesi, artikel ini ditulis khusus buat kamu.
🎯 Key Takeaways
- 💡 Fokus pada kebutuhan primer jadi kunci sukses saat daya beli turun.
- 🍽️ Bisnis makanan murah meriah tetap dicari, asal rasanya jujur.
- 📦 Produk refill dan eceran lebih digemari karena terjangkau.
- 📲 Adaptasi lewat digital seperti promosi via WhatsApp dan TikTok bisa bantu bertahan.
- 💬 Empati & storytelling dalam jualan bisa meningkatkan kepercayaan konsumen.
Situasi Ekonomi: Saat Semua Orang Mulai Mengencangkan Ikat Pinggang
Beberapa bulan terakhir, harga kebutuhan pokok merangkak naik, sementara pendapatan sebagian besar orang justru stagnan. Di warung dekat rumah saya, pembeli mulai minta “setengah porsi” atau beli sabun dalam sachet. Saya sempat ngobrol dengan Bu Erna, penjual sembako:
“Sekarang orang-orang lebih banyak beli eceran, Mbak. Kalau dulu beli 1 liter minyak, sekarang setengah liter aja. Yang penting bisa masak.”
Kondisi seperti ini jadi pengingat: saat ekonomi melambat, masyarakat akan mengutamakan kebutuhan dasar dan efisiensi pengeluaran. Nah, dari sinilah peluang usaha bisa kita gali.
Usaha yang Tetap Dicari Meski Ekonomi Sulit
Bisnis Makanan Murah & Mengenyangkan
Mau krisis atau enggak, orang tetap harus makan. Tapi tentu saja, makanan yang dipilih biasanya berubah. Kalau dulu orang bisa jajan makanan kekinian tiap sore, sekarang mulai pilih nasi rames pinggir jalan yang cuma Rp10 ribuan tapi tetap bikin kenyang.
Saya punya teman, Mas Hadi, yang dulunya jual ayam geprek di food court mall. Saat pandemi dan daya beli menurun, dia banting stir—jualan nasi kucing dan gorengan depan kos-kosan mahasiswa. Hasilnya? Tetap laris manis! Kenapa?
🌟 “Yang penting perut kenyang dan harganya masuk akal,” katanya sambil tertawa.
Jualan Produk Refill & Eceran
📦 Saat ekonomi lesu, orang cenderung menghindari pembelian dalam jumlah besar. Produk refill atau kemasan kecil jadi lebih menarik karena bisa dibeli dengan uang receh, tapi tetap memenuhi kebutuhan.
💧 Contoh:
- Sabun cair isi ulang
- Minyak goreng literan dibagi eceran
- Shampoo sachet
- Detergen kiloan
🛍️ Produk seperti ini cocok dijual di lingkungan padat penduduk, apalagi jika kamu punya jaringan tetangga yang loyal.
Layanan yang Justru Naik Saat Daya Beli Turun
Beberapa layanan justru meningkat peminatnya saat ekonomi memburuk. Ini karena orang-orang jadi lebih hemat dan memilih alternatif praktis.
📌 Berikut jenis layanan yang tetap dicari:
✅ Jasa cuci motor rumahan
🚿 Orang tetap butuh motornya bersih, tapi mungkin malas ke tempat cuci motor. Jasa keliling dengan ember, sabun, dan semangat bisa jadi penyelamat dompet.
✅ Jahit & permak pakaian
👕 Daripada beli baju baru, orang mulai menambal atau memodifikasi pakaian lama. Peluang besar bagi tukang jahit!
✅ Servis barang elektronik
🛠️ Karena belum tentu bisa beli baru, banyak orang memilih servis TV, setrika, hingga HP. Jika kamu punya keahlian teknis, ini tambang emas.
Adaptasi Digital: Jualan Online, Tapi Tetap Dekat
Banyak orang berpikir jualan online harus canggih. Padahal tidak. Saya pernah melihat penjual sayur di kampung saya laris manis hanya dengan promosi lewat grup WhatsApp. Simpel, tapi efektif.
📲 Tips jualan online saat daya beli turun:
- Gunakan bahasa yang membumi: jangan terlalu formal, buat seolah ngobrol.
- Posting foto asli produk, bukan gambar katalog.
- Beri cerita singkat di setiap postingan, misalnya: “Lauk hari ini dari dapur Bu Yani, yang dulu sering masak buat anak kos waktu kuliah.”
💬 Ini bukan soal jualan produk saja, tapi jualan rasa percaya.
Tabel: Perbandingan Jenis Usaha Saat Normal vs Saat Daya Beli Turun
| Kategori Usaha | Saat Ekonomi Normal | Saat Daya Beli Turun |
| Makanan & Minuman | Makanan kekinian, cafe | Nasi murah, lauk sederhana, gorengan |
| Kebutuhan Rumah Tangga | Produk brand besar | Produk eceran, isi ulang, lokal |
| Jasa | Salon, laundry eksklusif | Jahit, cuci motor keliling, servis HP |
| Gaya Hidup & Fashion | Tren fashion, tas, sepatu | Permak baju, sepatu bekas |
| Digital Marketing | Ads besar-besaran | Storytelling, promosi via WA/TikTok |
Perspektif Ahli: Yang Bertahan adalah yang Adaptif
Menurut Dr. Rini Wulandari, pakar ekonomi mikro dari Universitas Indonesia:
“Dalam kondisi tekanan ekonomi, masyarakat bukan berhenti belanja. Mereka hanya mengalihkan prioritas. Usaha yang mampu membaca kebutuhan baru akan tetap bertahan.”
Dan ini penting. Jangan buru-buru menilai bisnis sepi itu berarti pasar mati. Bisa jadi hanya karena kita belum menyesuaikan penawaran kita dengan kondisi pasar.
Ide Jualan Kreatif Tapi Tetap Dibutuhkan
🔍 Kalau kamu masih mencari-cari ide, berikut beberapa yang terbukti jalan meski ekonomi sedang lesu:
🌮 Frozen food homemade
➤ Cocok untuk ibu rumah tangga yang butuh solusi cepat.
🎨 Kerajinan dari barang bekas
➤ Kreatif plus ramah lingkungan.
📚 Les privat via Zoom
➤ Banyak orang tua masih ingin anaknya belajar, tapi cari yang lebih hemat.
🎁 Parcel sederhana dari produk lokal
➤ Tetap laris di momen spesial, asal harganya realistis.
Cerita dari Lapangan: Tahan Banting Karena Punya “Nilai Tambah”
Saya kenal seorang penjual keripik di Cirebon. Namanya Teh Imah. Saat harga minyak dan bahan baku naik, ia tidak langsung panik. Ia justru menulis kisah di balik keripik buatannya:
“Keripik ini dibuat dari singkong kebun sendiri, tanpa pengawet. Dipotong dan digoreng sendiri tiap malam, dibantu anak sulung saya.”
📌 Hasilnya? Pembeli jadi lebih terhubung. Keripik Teh Imah bukan cuma camilan, tapi cerita tentang perjuangan.
Ini yang disebut “value story”. Nilai tambah yang bukan sekadar harga murah, tapi makna.
Tips Bertahan Saat Daya Beli Menurun
🧠 Jangan hanya fokus pada produk. Fokuslah pada masalah pelanggan dan bagaimana produk kamu bisa jadi solusi.
📈 Evaluasi pengeluaran bisnis. Ganti kemasan mahal dengan yang lebih sederhana, tanpa menurunkan kualitas isi.
💌 Bangun hubungan dengan pelanggan. Kirim ucapan terima kasih, sesekali berikan bonus kecil, atau sekadar bertanya kabar.
🌱 Terus belajar. Ikuti pelatihan gratis dari Dinas Koperasi, nonton video edukasi bisnis, atau diskusi di komunitas.
FAQ: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Apakah masih bisa mulai usaha saat daya beli turun?
➡️ Justru saat inilah banyak bisnis baru muncul. Kuncinya ada pada pemilihan produk dan pemahaman kondisi pasar.
Apakah harus punya modal besar untuk bertahan?
➡️ Tidak. Banyak usaha yang bertahan karena adaptif, bukan karena modal besar. Contohnya: jasa keliling, produk refill, atau makanan rumahan.
Bagaimana jika saya tidak punya pengalaman bisnis?
➡️ Mulailah dari hal yang kamu kuasai. Bisa dari hobi, keahlian, atau pengalaman sehari-hari.
Produk mahal masih bisa laku nggak?
➡️ Masih, tapi dengan pendekatan berbeda. Pastikan ada nilai emosional, kualitas tinggi, dan cerita yang menyentuh.


