Takeaways Utama
💼 Standar rekrutmen di Indonesia seringkali tidak realistis dibandingkan gaji yang ditawarkan.
🚫 Pungli dari ormas jadi momok bagi dunia usaha dan investasi lokal.
🌏 Produk impor murah dari China membanjiri pasar, melemahkan produk lokal.
📉 Regulasi ekspor-impor tidak mendukung UMKM dan menyebabkan PHK massal.
💡 Kondisi ini berpengaruh langsung ke tingginya pengangguran sarjana di Indonesia.
Realita Pahit Lulusan Sarjana: Gelar Tinggi, Lowongan Menghilang
Di Indonesia, gelar sarjana seringkali bukan jaminan mendapatkan pekerjaan yang layak. Mungkin kita sering dengar pepatah “kerja nggak harus sesuai jurusan”, tapi kenyataannya di lapangan, cari kerja aja susah setengah mati.
Standar rekrutmen di banyak perusahaan seolah berada di awang-awang.
➡️ “Fresh Graduate, umur maksimal 24 tahun, pengalaman kerja minimal 2 tahun, menguasai semua software design, public speaking, teamwork, leadership, willing to work under pressure.”
Dan tebak berapa gajinya?
Under Rp 4 juta.
Iya, ini bukan lelucon. Ini kenyataan. yang bahkan dengan gaji UMR Jakarta aja, hidup terasa harus struggle sekali dengan biaya hidup yang ada sekarang. Pernah ngerasain juga?
Perusahaan Pun Enggan Berkembang Karena Banyaknya Pungli
Satu hal yang jarang dibahas secara terbuka adalah ancaman pungli dari ormas di Indonesia.
📌 Banyak pengusaha mengeluhkan bahwa setiap mau membuka usaha atau proyek besar, selalu ada saja oknum-oknum yang meminta ‘jatah’. Baik dalam bentuk uang keamanan, donasi kegiatan, bahkan sampai permintaan sponsorship acara yang tidak relevan.
Hal ini tentu menambah beban biaya operasional perusahaan.
Alih-alih membuka cabang baru dan merekrut karyawan baru, banyak perusahaan memilih untuk:
- ⚠️ Memperkecil skala bisnis
- ⚠️ Mengurangi jumlah tenaga kerja
- ⚠️ Menghindari ekspansi ke daerah tertentu
Dan dampaknya? Kesempatan kerja untuk lulusan sarjana semakin sempit.
Banjir Produk China: Produk Lokal Mati Perlahan
Regulasi impor di Indonesia memang masih menjadi PR besar.
Jika keran impor dibuka terlalu lebar tanpa batasan, maka produk-produk murah dari China masuk ke pasar dalam negeri.
💡 Misalnya produk fashion, elektronik, sampai kebutuhan rumah tangga.
Produk lokal? Kalah telak.
Karena biaya produksi di Indonesia jauh lebih tinggi:
🚧 Upah tenaga kerja
🚧 Pajak produksi
🚧 Biaya logistik
🚧 Pungli di jalur distribusi
Ketika produk lokal tidak bisa bersaing harga, maka yang terjadi adalah produk tidak laku.
Bisnis lokal gulung tikar.
Ekspor Pun Terhambat Karena Pajak Tinggi
Di sisi lain, potensi ekspor produk Indonesia juga dibatasi oleh regulasi yang kurang mendukung.
Sebagai contoh, saat ini produk dari Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat dikenakan pajak hingga 32%.
Bayangkan, berapa banyak produk UMKM Indonesia yang bisa bersaing di pasar luar negeri dengan beban pajak seperti itu?
Akibatnya?
📉 Kapasitas produksi dikurangi.
📉 Pabrik mulai melakukan PHK massal.
📉 Industri hulu-hilir terkena imbas.
Dan akhirnya… pengangguran lulusan sarjana semakin membengkak.
Tabel Dampak Regulasi & Ekonomi Terhadap Lapangan Kerja
Faktor Penyebab | Dampak Langsung | Dampak Lanjut |
Standar rekrutmen tak masuk akal | Gaji kecil, persaingan tinggi | Banyak lulusan S1 nganggur |
Pungli dari ormas | Perusahaan malas ekspansi | Lowongan kerja makin sempit |
Produk impor murah | Produk lokal kalah saing | Industri dalam negeri lesu |
Pajak ekspor tinggi | Ekspor menurun | PHK massal pabrik |
Jalan Keluar? Butuh Kebijakan & Mentalitas Baru
Masalah ini memang kompleks dan bukan hal yang bisa diselesaikan semalam.
Tapi setidaknya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
🔧 Pemerintah perlu memperketat regulasi impor produk-produk tertentu, terutama yang bisa diproduksi dalam negeri.
🔧 Kebijakan ekspor harus mendukung UMKM dengan keringanan pajak atau insentif khusus.
🔧 Dunia industri harus berani memberikan gaji yang layak sesuai standar skill dan tanggung jawab.
🔧 Para lulusan sarjana harus mulai belajar skill baru, bukan hanya mengandalkan ijazah saja. Skill digital, remote working, hingga kemampuan freelance bisa menjadi penyelamat di tengah kondisi ekonomi seperti ini.