Kisah Selabintana Sukabumi: Dari Perkebunan Kolonial hingga Spot Selfie Kekinian

A man photographing a woman on a wooden platform in Selabintana Sukabumi

Ada yang bilang, setiap tempat punya cerita. Tapi Selabintana di Sukabumi? Ia menyimpan dua kehidupan—yang satu dalam bisikan sejarah kolonial, yang lain dalam gemerlap kamera para pemburu konten zaman now. Dulu tempat ini menjadi bagian dari perkebunan teh yang dibangun dengan darah dan keringat zaman penjajahan. Kini, Selabintana menjadi destinasi healing yang diserbu wisatawan dengan outfit terbaik dan tripod ring light.

Kalau kamu penasaran bagaimana sebuah daerah di kaki Gunung Gede bisa berubah begitu drastis, yuk ikuti kisahnya!

🔍 Key Takeaways dari Artikel Ini:

🌿 Selabintana dulunya merupakan perkebunan teh Belanda yang dibuka sejak awal abad ke-20
📷 Kini, kawasan ini menjadi tempat wisata alam favorit di Sukabumi, dengan spot foto Instagramable di mana-mana
🏕️ Beragam aktivitas tersedia, dari glamping, piknik keluarga, sampai jelajah alam yang penuh cerita sejarah
👣 Jejak kolonial masih bisa ditemukan dalam struktur bangunan dan lanskap perkebunan yang tersisa
🎤 Wawancara dengan warga lokal dan praktisi sejarah menambah kedalaman cerita di balik tempat ini

Jejak Kolonial yang Terlupakan

Bayangkan kamu hidup di masa 1920-an. Sepanjang mata memandang adalah hamparan hijau yang rapi: itulah kebun teh di kaki Gunung Gede. Para meneer Belanda berjalan dengan topi putih lebar, sementara para pribumi memanggul karung-karung penuh daun teh di bawah matahari.

Selabintana pada masa itu adalah bagian dari sistem perkebunan yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda. Nama aslinya berasal dari bahasa Sunda, yang secara bebas bisa diartikan sebagai “sebelah selatan kaki gunung.”

Menurut catatan sejarah dari KITLV Leiden, kawasan ini mulai dikembangkan sebagai wilayah perkebunan sekitar tahun 1915. Fokus utamanya adalah teh dan kina, dua komoditas emas pada masa itu. Bahkan sempat berdiri pabrik pengolahan teh yang kini sudah tidak aktif dan berubah fungsi menjadi gudang.

“Kalau kamu jeli, beberapa bangunan tua di sekitar Selabintana Resort itu masih menyimpan arsitektur kolonial. Pilar tinggi, jendela besar, dan lantai kayu yang sudah usang,” ujar Ridwan Hidayat, pegiat sejarah lokal Sukabumi.

Transisi dari Lahan Produksi ke Destinasi Wisata

Perubahan besar mulai terjadi setelah masa kemerdekaan. Perkebunan dikelola oleh pemerintah dan sebagian dijadikan kawasan konservasi karena letaknya yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Namun, wajah Selabintana berubah drastis saat kawasan ini dibuka untuk wisata publik.

Mulai awal 2000-an, muncul beberapa spot wisata sederhana seperti area piknik dan kolam kecil. Tapi perubahan paling drastis terjadi setelah era media sosial melanda Indonesia.

📸 Instagram mengubah segalanya.

Anak muda mulai berdatangan bukan lagi untuk melihat pohon teh atau mendaki gunung, tapi untuk berburu spot foto yang aesthetic. Lahan-lahan kosong disulap jadi taman bunga, cafe-cafe mungil mulai tumbuh, dan muncullah tren baru: selfie tourism.

Tempat Wisata Hits di Selabintana (2025)

Kawasan Selabintana kini berkembang pesat. Dari yang dulu hanya berupa lapangan terbuka dan pepohonan tinggi, kini ada belasan titik wisata yang bisa dikunjungi dalam satu hari. Beberapa di antaranya bahkan viral di TikTok dan Instagram.

Berikut beberapa spot hits terbaru di Selabintana:

🌸 Selabintana Flower Garden
🌲 Camping Ground Alam Sejuk
Kopi Selabintana (Cafe di tengah kebun teh)
📷 Jembatan Kayu Instagramable
🏞️ Glamping Forest View

📊 Berikut adalah tabel perkembangan wisata Selabintana dari tahun ke tahun:

TahunJumlah PengunjungSpot Baru DibukaKomentar Pengunjung
201012.0002“Masih sepi, cocok buat piknik”
201535.0005“Udah mulai rame dan terawat”
202085.00010“Spot foto makin banyak!”
2025* (estimasi)150.00015+“Instagramable banget semua tempat!”

🎒 Aktivitas Seru yang Bisa Kamu Coba di Selabintana

Kalau kamu mikir Selabintana cuma buat foto-foto doang, kamu salah besar. Banyak aktivitas seru dan mendalam yang bisa kamu lakukan di sini:

Menjelajahi Hutan Tropis Ringan
Bersepeda Santai di Jalur Alam
Menyusuri Jejak Kolonial bersama Guide Lokal
Ngopi di Tengah Kebun Teh Pagi Hari
Camping Keluarga atau Glamping Romantis

Dan yang paling menarik adalah mendengar cerita dari warga lokal. Salah satunya adalah Pak Ujang, pria sepuh berusia 74 tahun yang pernah bekerja di perkebunan teh Selabintana di era 70-an.

“Dulu, tanah ini milik pemerintah. Saya kerja dari jam lima pagi, metik teh sampai siang. Sekarang? Tempat ini jadi tempat orang pacaran dan selfie,” ujarnya sambil terkekeh.

Suasana Alam yang Tak Tergantikan

Di tengah semua hype modern ini, ada satu hal yang tetap konsisten: udara segar dan pemandangan yang bikin hati tenang. Kapan terakhir kali kamu bangun pagi dan disambut kabut tipis serta aroma tanah basah?

Itu yang ditawarkan Selabintana. Dan justru, itulah alasan kenapa tempat ini tetap bertahan di hati pengunjung lama maupun baru.

Kamu bisa duduk di atas rumput, lepas sandal, baca buku, atau hanya melihat anak-anak bermain tanpa gadget. Ada ketenangan yang sulit ditemukan di tempat wisata lain yang terlalu komersil.

💬 Wawasan dari Ahli: Apa Kata Praktisi Pariwisata?

Untuk mendapatkan perspektif yang lebih dalam, kami berbincang dengan Dr. Lestari Anindita, dosen dan peneliti pariwisata dari Universitas Padjadjaran.

“Transformasi Selabintana adalah contoh klasik dari ‘heritage-based tourism.’ Yang menarik adalah bagaimana warisan kolonial tidak dihapus, tapi diintegrasikan dalam wisata modern. Ini pendekatan yang cerdas dan berkelanjutan,” jelasnya.

Menurut Dr. Lestari, tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara pelestarian alam, edukasi sejarah, dan eksploitasi wisata yang terlalu agresif.

FAQ tentang Selabintana Sukabumi

Apakah Selabintana cocok untuk liburan keluarga?
Ya! Banyak area bermain anak, tempat piknik, dan suasana yang sangat ramah keluarga.

Berapa tiket masuk ke kawasan wisata Selabintana?
Harga bisa bervariasi tergantung spot, tapi rata-rata antara Rp15.000 – Rp30.000 per orang.

Apakah bisa camping atau glamping di Selabintana?
Bisa banget. Ada beberapa penyedia glamping dengan fasilitas mewah dan view menakjubkan.

Ada penginapan di sekitar Selabintana?
Tentu. Dari hotel bintang 3 sampai villa tradisional tersedia dalam radius 5 km dari lokasi utama.

Kapan waktu terbaik untuk berkunjung ke Selabintana?
Musim kemarau antara Mei – September sangat ideal. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk dapatkan foto terbaik.

-
people visited this page
-
spent on this page
0
people liked this page
Share this page on
Share the Post:

Related Posts

Scroll to Top

Booking Form

Fill out the form below, and we will be in touch shortly.
Book Room Hotel