Daftar Hal Ribet dari Mobil Listrik yang Bikin Orang Milih Mobil Bensin

Man charging electric car with a hose

Tunggu sebentar ya… saya akan tuliskan artikelnya secara naratif, engaging, lengkap dengan pengalaman pengguna, penjelasan teknis, gaya bahasa mengalir, dan ilustrasi modern realistis di akhir.

Daftar Hal Ribet dari Mobil Listrik yang Bikin Orang Masih Setia Sama Mobil Bensin

Mobil listrik memang sedang hype. Suaranya senyap, teknologi canggih, dan katanya ramah lingkungan. Tapi, tunggu dulu… meskipun tren global makin mengarah ke EV (electric vehicle), banyak orang Indonesia yang masih ogah pindah haluan dari mobil bensin. Kenapa ya?

Setelah ngobrol dengan pengguna, bengkel, dan pemilik showroom, ternyata ada beberapa hal yang bikin mobil listrik itu terasa… ribet. Bahkan, sebagian bilang, “Saya sih tunggu aja sampai teknologinya mateng dulu, sekarang masih repot.” Jadi, bukan soal “anti” listrik, tapi soal realita.

⚠️ Key Takeaways

⚠️ Infrastruktur pengisian daya mobil listrik masih belum merata
⚠️ Waktu pengisian baterai bisa bikin repot, terutama buat yang mobilitas tinggi
⚠️ Biaya ganti baterai mobil listrik bisa bikin dompet kebat-kebit
⚠️ Harga jual kembali EV belum jelas & cenderung rendah
⚠️ Servis dan teknisi EV masih langka, bikin orang ragu

🚫 Ribetnya #1: Isi Daya Mobil Gak Semudah Isi Bensin

Kalau mobil bensin? Tinggal mampir ke SPBU, lima menit beres.
Mobil listrik? Tunggu dulu… bisa butuh waktu 30 menit–8 jam tergantung jenis charger-nya.

📍 Di Jakarta sih oke, banyak SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum).
Tapi coba tanya orang Bogor, Depok, atau luar Jawa. Banyak yang harus muter-muter cari charger.

“Gue bawa mobil listrik ke Bandung, ternyata SPKLU di tol cuma satu-dua. Begitu sampai, ngantri. Mau gak mau ngopi dulu sambil nunggu 40 menit.”
Randy, pengguna mobil listrik sejak 2022

🛢️ Ribetnya #2: Gak Semua Orang Bisa Pasang Home Charger

Buat pengguna yang tinggal di rumah tapak, mungkin bisa pasang home charger dari PLN. Tapi gimana nasib mereka yang tinggal di:

🏢 Apartemen
🏘️ Rumah kontrakan
🚫 Lingkungan padat tanpa carport

Salah satu syarat home charger dari PLN adalah akses listrik yang stabil dan space khusus. Gak semua orang punya itu.

Dan meski bisa dipasang, proses izinnya bisa berbelit, tergantung lingkungan dan manajemen gedung.

🕒 Ribetnya #3: Waktu Ngecas Bikin Malas

Berikut perbandingan waktu pengisian daya:

Jenis ChargerWaktu Pengisian (0–80%)Cocok Untuk
Slow Charging (AC)6–8 jamDi rumah (malam hari)
Fast Charging (DC)30–60 menitSPKLU umum
Ultra Fast DC±20–30 menitHanya di titik khusus

😩 Bandingin sama isi bensin full tank cuma 5–7 menit.

Dan, kamu gak bisa “main colok” di mana aja kayak HP.
Butuh stop kontak khusus dengan voltase tinggi dan sistem proteksi.

💸 Ribetnya #4: Harga Ganti Baterai Bikin Jantungan

Baterai itu jantungnya EV. Umur pakainya bisa 8–10 tahun, tergantung pemakaian.

Tapi kalau rusak atau performanya drop drastis?

🔋 Biaya ganti baterai bisa mencapai Rp100–300 juta!
(Ya, hampir sama kayak harga mobil bekas baru.)

Meski garansi pabrik biasanya 5–8 tahun, tetap aja ada rasa was-was.
Apalagi kalau beli mobil listrik second-hand.

“Saya mau beli mobil listrik bekas, tapi khawatir udah lewat garansi baterai. Kalau minta ganti, harganya sama aja kayak beli baru.”
Reyhan, calon pembeli EV

🔧 Ribetnya #5: Bengkel dan Teknisi Masih Terbatas

Kalau mobil bensin mogok, tinggal panggil bengkel panggilan, banyak.
Tapi mobil listrik? ⚠️ Tidak semua bengkel bisa sentuh.

Butuh teknisi bersertifikat khusus. Belum lagi, spare part EV belum umum.
Kalau ada kerusakan di luar kota besar, bisa-bisa mobil harus ditarik ke pusat servis di Jakarta atau Surabaya.

🚧 Hanya brand tertentu seperti Hyundai, Wuling, dan Toyota yang mulai siapkan jaringan servis nasional.
Tapi tetap terbatas.

📉 Ribetnya #6: Harga Jual Kembali Belum Stabil

Kamu tahu gak kalau beberapa model EV bekas justru turun harga jauh lebih cepat dibanding mobil bensin?

Alasannya:

📌 Pasar EV bekas belum terbentuk
📌 Ketakutan calon pembeli soal umur baterai
📌 Teknologi cepat berubah → model cepat “usang”

Mobil listrik yang kamu beli Rp700 juta hari ini, bisa aja dihargai Rp400 jutaan tahun depan, bahkan lebih rendah.

⚡ Ribetnya #7: Masih Gak Cocok Buat Perjalanan Jauh

Kalau kamu hobi road trip lintas kota, atau sering mudik ke kampung yang jauh dari kota besar—mobil listrik belum ideal.

Kenapa?

📍 Jarak tempuh rata-rata mobil listrik masih di angka 300–400 km
📍 Belum banyak SPKLU di jalur-jalur sepi
📍 Daya baterai bisa drop kalau suhu ekstrem atau tanjakan panjang

Solusinya?
Sebagian orang beli EV untuk pemakaian dalam kota, dan tetap punya satu mobil bensin untuk perjalanan jauh.
Jadi, ya… tambah mobil, bukan ganti mobil.

🚫 Ribetnya #8: Pajak & Insentif yang Masih Galau

Sebenarnya pemerintah kasih banyak insentif buat mobil listrik:

💸 Bebas pajak daerah (untuk BBNKB)
💸 Diskon PPnBM
💸 Pajak tahunan lebih murah

Tapi…
📍 Proses klaim kadang beda-beda tiap daerah
📍 Informasi di Samsat sering kurang update
📍 Petugas pun kadang belum paham

Jadi alih-alih dapat diskon pajak, kamu malah diping-pong urusannya.

😬 Ribetnya #9: Suara Senyap = Potensi Bahaya

Suara halus mobil listrik itu bikin nyaman. Tapi… itu juga bikin pejalan kaki atau pesepeda kadang gak sadar kalau ada mobil di dekat mereka.

Di luar negeri, beberapa EV sudah diwajibkan punya “artificial sound” agar terdengar saat kecepatan rendah.

Tapi di Indonesia? Belum semua model punya fitur ini.
Risiko tabrakan di gang sempit atau lingkungan ramai jadi lebih besar.

🛠️ Ribetnya #10: Banyak yang Belum Paham Cara Perawatan

Mobil listrik memang perawatannya lebih simpel: gak ada oli mesin, gak perlu tune-up, dan minim part bergerak.

Tapi justru itu bikin banyak orang bingung:

❓ Gak tahu kapan harus servis
❓ Gak paham indikator error di dashboard
❓ Gak bisa “ngoprek” sendiri kayak mobil bensin

Apalagi di komunitas otomotif, modifikasi EV masih sangat terbatas.

Tabel Perbandingan: Mobil Listrik vs Mobil Bensin

AspekMobil Listrik ⚡Mobil Bensin 🛢️
Waktu Isi Daya / Bensin30 menit – 8 jam5–7 menit
Biaya Isi Daya / Bensin±Rp40.000 – 70.000±Rp200.000 – 300.000
BengkelTerbatasUmum
Jarak Tempuh Maksimal300–400 km500–700 km
Harga Jual KembaliBelum stabilCenderung stabil
Pajak TahunanRendahLebih tinggi
Emisi & PolusiNolTinggi
Suara MesinHeningBising

Jadi, Kenapa Orang Masih Pilih Mobil Bensin?

🚙 Karena gak semua orang siap beradaptasi
🚙 Karena kebutuhan tiap orang beda
🚙 Karena infrastruktur EV belum semapan di luar negeri
🚙 Karena banyak pertanyaan yang belum ada jawabannya

“Saya sih dukung teknologi EV, tapi buat sekarang, mobil bensin masih paling pas buat kebutuhan saya.”
Ardi, 38 tahun, pengusaha kuliner

FAQ: Mobil Listrik vs Mobil Bensin

❓ Apakah mobil listrik benar-benar hemat?

✅ Dari sisi energi, iya. Tapi biaya awal dan perawatan bisa jadi mahal kalau baterai rusak.

❓ Bisa gak EV dipakai mudik?

✅ Bisa, tapi rutenya harus disiapkan matang, dan pastikan SPKLU tersedia di jalur mudikmu.

❓ Aman gak nyetrum saat hujan atau banjir?

✅ Aman. Mobil EV sudah punya sistem isolasi yang canggih. Tapi tetap hindari jalanan banjir dalam.

❓ Kalau baterai habis di jalan, bisa ditarik kayak mobil biasa?

✅ Bisa, tapi harus hati-hati. Banyak EV tidak boleh ditarik sembarangan karena sistem penggeraknya.

-
people visited this page
-
spent on this page
0
people liked this page
Share this page on
Share the Post:

Related Posts

Scroll to Top

Booking Form

Fill out the form below, and we will be in touch shortly.
Book Room Hotel