Gregg Braden menantang anggapan klasik bahwa sains dan spiritualitas adalah dua dunia yang berbeda. Menurutnya, pemisahan ini justru membuat manusia lupa akan potensi sejati tubuh dan hati mereka. Ia menawarkan sudut pandang baru: kecerdasan hati adalah kunci untuk membuka kemampuan tersembunyi, memperlambat penuaan, bahkan mengaktifkan kekuatan penyembuhan alami. Di era penuh perubahan ekstrem, Braden percaya […]

Bayangkan kamu duduk diam, mata terpejam, hanya mengikuti pola napas tertentu. Beberapa menit kemudian, tubuhmu yang semula dingin mulai memanas, seperti ada arus listrik yang merambat dari dasar tulang belakang ke atas kepala. Inilah yang sering dialami praktisi Meditasi Wim Hof—sebuah metode yang menggabungkan teknik pernapasan, meditasi, dan paparan dingin. Fenomena “panas seketika” di tulang

Internet dan linimasa saya sempat penuh oleh rekaman lapangan: ribuan orang berkumpul, poster ditinggikan, dan suara yang sama diperdengarkan—rasa sesak karena hidup makin mahal sementara fasilitas untuk mereka yang disebut wakil rakyat terasa makin wah. Tulisan ini merangkum tuntutan utama yang mengemuka, peta kerusakan yang umumnya muncul di berbagai wilayah saat aksi besar, mengapa tekanan

Internet sudah jadi kebutuhan utama, bukan cuma buat kerja tapi juga hiburan, gaming, sampai urusan rumah pintar. Sayangnya, banyak pengguna Indihome sering mengeluh: “Kok WiFi lemot banget ya, padahal langganannya 50 Mbps lebih?” Nah, salah satu biang keroknya justru ada di modem bawaan Indihome yang sering kepanasan, lalu performanya diturunkan alias throttling. Kabar baiknya, ada

Kalau kamu pernah ngerasain naik kendaraan sambung-menyambung dari Jakarta ke kota-kota di Jawa seperti Jogja, Malang, atau Surabaya — selamat, kamu resmi jadi petualang sejati. Cara ini dikenal dengan istilah “ngeteng”, alias naik kendaraan umum secara estafet: dari metromini, ke elf, lanjut naik bus ekonomi, sambung lagi ojek. Saya pernah ngeteng dari Jakarta ke Jogja

Kalau kamu sering pulang kampung lintas pulau, atau suka traveling lintas Nusantara, pasti pernah bertanya-tanya: lebih murah naik kapal laut atau pesawat, sih? Saya sendiri termasuk yang pernah menjajal keduanya. Saat masih kuliah di Makassar, saya pernah pulang ke Surabaya naik kapal laut — 2 malam 3 hari, dengan angin laut, gelombang, dan suara mesin

Pernah nggak kamu udah semangat 45 mau liburan atau pulang kampung, eh tiba-tiba di layar bandara muncul tulisan merah menyala: “DELAYED”? Rasanya kayak ditampar kenyataan, apalagi kalau udah rapi-rapi dan bawa koper segede kulkas mini. Saya sendiri pernah mengalami hal serupa. Tahun lalu, saya harus menghadiri pernikahan sahabat di Surabaya. Tapi sayangnya, pesawat saya delay

Sebagian besar Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ingin merantau ke luar negeri justru tidak langsung berpikir ke Jepang, Korea, atau Eropa. Mereka lebih dulu melirik negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Kenapa? Sederhana: bahasa dan budaya tidak terlalu jauh, biaya migrasi lebih murah, dan jalur legal lebih mudah diakses. Saya sendiri punya saudara yang kerja di

isah ini bukan dari film horor atau serial kriminal. Ini nyata. Ini terjadi pada orang-orang biasa seperti kita. Orang yang hanya ingin mengubah nasib, mencari penghasilan lebih baik, dan pulang membawa harapan. Tapi justru pulang dalam peti jenazah — atau bahkan tidak pulang sama sekali. Kamboja, salah satu negara di Asia Tenggara, kini dikenal sebagai