Jangan salah langkah sejak awal.
Memulai bisnis bukan hanya tentang bikin produk dan jualan, tapi tentang bagaimana caranya bikin orang tahu dan mau beli.
Dan untuk itu, kamu butuh senjata bernama iklan dan branding.
Masih banyak pelaku bisnis yang terjebak pada pola ini:
“Produknya udah cakep, kemasan udah keren, udah sebar ke temen-temen… kok masih gak jalan ya?”
Jawabannya nyaris selalu satu:
Karena orang belum tahu kamu siapa.
🎯 Key Takeaways
- 💸 Budget iklan minimal Rp 75 juta per bulan dibutuhkan agar kampanye bisa optimal.
- 📉 Budget kecil akan menghambat algoritma belajar, sehingga performa iklan lambat.
- 🎯 Branding dan marketing adalah fondasi bisnis, bukan pelengkap.
- 📊 Setiap platform iklan butuh pendekatan dan biaya sendiri: FB, IG, TikTok, Google.
- 📌 Anggaplah biaya marketing seperti sewa lapak di dunia digital.
Kenapa Budget Marketing Selalu Diremehkan?
Karena sejak awal, banyak pebisnis terlalu fokus ke biaya produksi: bahan baku, kemasan, label, gaji karyawan, dan lain-lain. Padahal:
“Apa gunanya produk bagus kalau tidak terlihat?”
Brand besar rela habiskan ratusan juta hanya untuk digital ads, bahkan sebelum produk mereka sempurna.
Kita? Baru iklan Rp 5 juta sebulan udah bilang “ads-nya gak works”.
Padahal, sistem Facebook Ads, Instagram Ads, dan TikTok Ads bekerja berdasarkan learning system—semakin besar data yang diberikan, semakin pintar hasilnya.
📉 Studi: Kenapa Rp 75 Juta/Bulan Itu Bukan Pemborosan?
Mari kita hitung seperti media placement biasa.
🎯 Katakan kamu mau target 1 juta orang (national scale). Maka:
- Rata-rata CPM (Cost per 1000 impressions) di Indonesia = Rp 20.000 – Rp 30.000
- Artinya, Rp 75 juta hanya akan membelikan kamu 2,5 juta – 3,5 juta tayangan per bulan.
Dan belum tentu semua yang melihat beli, kan?
🔁 Harus ada retargeting, harus ada multiple content, harus ada split test audience, dan itu semua butuh budget besar.
💰 Rincian Alokasi Budget Iklan Rp 75 Juta/Bulan
Berikut breakdown paling rasional jika kamu ingin bermain serius di dunia digital marketing:
Kategori Iklan | Tujuan | Budget/Bulan |
Facebook & Instagram Ads | Awareness, retargeting, conversion | Rp 30.000.000 |
TikTok Ads + Spark Ads | Konten viral, engagement tinggi | Rp 15.000.000 |
Google Search & Display Ads | Menangkap intent aktif (orang nyari brand) | Rp 10.000.000 |
YouTube Ads (Bumper/Skippable) | Brand recall dan visual storytelling | Rp 10.000.000 |
Retargeting Ads (Semua Channel) | Follow up traffic yang belum konversi | Rp 5.000.000 |
Konten Ads (Kreatif & Caption) | Produksi konten untuk iklan & adaptasi A/B | Rp 5.000.000 |
📌 TOTAL IKLAN PER BULAN: Rp 75.000.000
🚨 Risiko Kalau Kamu Iklan di Bawah Rp 75 Juta
Kita harus jujur.
🔻 Budget kecil = algoritma lambat belajar
🔻 Tidak bisa split test audience
🔻 Tidak bisa retargeting
🔻 Tidak bisa produksi konten berkualitas
🔻 Tidak ada ruang untuk error atau improvisasi
Dan akhirnya: kamu salah menyimpulkan bahwa produknya tidak laku. Padahal iklannya yang tidak optimal.
📊 Simulasi Performa dari Budget Rp 75 Juta/Bulan
Jenis Kampanye | Hasil Estimasi |
Jangkauan Awareness | ± 2.500.000 – 3.500.000 views per bulan |
Klik Website | ± 75.000 klik (CPC Rp 1.000 – Rp 1.500) |
Konversi (1–3%) | ± 750 – 2.250 pembelian potensial |
Biaya per konversi | ± Rp 33.000 – Rp 100.000 |
⚠️ Angka di atas berlaku jika semua komponen sudah optimal:
🔹 konten menarik
🔹 produk kompetitif
🔹 target audience tepat
🔹 CTA jelas
🔹 sistem checkout lancar
🤖 Bagaimana Algoritma Menentukan “Siapa yang Berhak Menang”?
Sistem iklan hari ini bukan seperti TV jaman dulu.
Platform seperti Meta, Google, TikTok menggunakan sistem real-time auction. Iklan yang punya:
- CTR tinggi
- Relevansi konten baik
- Budget lebih besar
- Frekuensi dan konsistensi tinggi
…akan diprioritaskan untuk tayang ke audience berkualitas.
Jadi kalau kamu hanya punya budget kecil, ya algoritma akan berikan kamu audience sisa.
💬 Wawasan Praktisi Digital Ads
Andra Suryanto, Head of Ads Strategy di agency DMP Studio:
“Budget iklan bukan soal berani atau tidak. Ini tentang seberapa dalam kamu ingin brand-mu dikenali. Kalau kamu serius, Rp 75 juta itu minimal untuk mulai ‘berisik’ di internet.”
Vanya Olivia, ex-Ecommerce Specialist:
“Brand lokal yang sukses masuk radar publik hampir pasti mulai dari paid traffic. Tapi yang bertahan adalah yang ngerti ritme dan sabar kumpulin data.”
✍️ Tips Realistis Jika Belum Siap Rp 75 Juta/Bulan
Kamu tetap bisa mulai lebih kecil, asal realistis terhadap ekspektasi:
🌱 Gunakan konten organik dulu (TikTok, IG Reel)
🤝 Manfaatkan collab UGC dengan barter produk
📈 Uji produk lewat komunitas dulu, bukan langsung pasar umum
🔁 Jangan beriklan dulu jika produk belum punya keunikan atau USP kuat
🧠 Mindset Shift: Marketing Itu Infrastruktur, Bukan Promosi
Bayangkan kamu punya toko fisik di pusat kota.
Biaya sewanya Rp 25 juta per bulan, tapi semua orang lewat dan tahu toko kamu ada.
Nah, iklan digital itu sama. Biaya iklan = sewa lapak di pusat keramaian digital.
Kalau kamu gak mau bayar sewa, ya jangan kaget kalau toko kamu gak ada yang datang.
❓Frequently Asked Questions (FAQ)
Kenapa harus Rp 75 juta per bulan, bukannya 25 juta aja cukup?
Rp 25 juta mungkin cukup untuk testing. Tapi untuk bisa scale dan menguasai pasar digital, Rp 75 juta itu titik realistis agar semua komponen iklan bisa berjalan bersamaan.
Kalau bisnis saya masih baru banget, apa bisa mulai dari Rp 10 juta?
Bisa, tapi hasilnya hanya untuk validasi awal. Jangan harap konversi tinggi. Fokus ke konten organik dulu untuk menekan biaya.
Apakah lebih baik hire agency atau handle sendiri?
Kalau belum paham digital ads, disarankan hire freelancer berpengalaman atau agency kecil. Budget akan lebih efisien.
Apa ROI dari iklan sebesar itu akan sebanding?
Kalau semua elemen bisnis sudah siap (produk bagus, market fit, konten kuat, landing page jernih), maka ROI dari iklan Rp 75 juta bisa berkali-kali lipat. Tapi harus sabar di fase 1–3 bulan awal.