Gebrakan Barak Militer: Menjinakkan Anak Nakal dengan Disiplin Semi-Militer

cara memasukan anak ke barak militer

Di tengah arus digital yang melaju tanpa rem, banyak orang tua merasa kewalahan menghadapi perubahan perilaku anak-anak mereka. Gawai menjadi candu. Jam tidur berantakan. Tanggung jawab dilupakan. Disiplin? Ah, itu kata yang terdengar asing di telinga generasi rebahan ini.

Namun, sebuah gebrakan tak biasa hadir dari tanah Pasundan. Program “Barak Militer” di Purwakarta, hasil inisiatif mantan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, menjadi tamparan keras sekaligus harapan baru bagi banyak orang tua. Pendekatannya unik—memadukan nilai-nilai karakter, disiplin militer, dan nasionalisme dalam satu wadah.

🎯 Key Takeaways:

🔰 Program Barak Militer adalah pelatihan semi-militer untuk anak-anak dengan masalah perilaku.
🏕️ Bertempat di Resimen Armed 1 Sthira Yudha, Purwakarta, dan dilengkapi pelatihan fisik dan karakter.
🧠 Fokus pada pembentukan disiplin, tanggung jawab, dan nasionalisme.
💬 Diperuntukkan bagi anak tingkat SMP–SMA yang kecanduan gawai atau sulit diatur.
📝 Belum dibuka secara umum, tetapi dapat diajukan lewat sekolah, Dinas Pendidikan, atau KPAI.

Apa Itu Barak Militer?

Bayangkan anak yang biasa bangun siang, kini harus bangun pukul 04.30 pagi. Alih-alih scroll TikTok, mereka harus ikut apel pagi, push-up, baris-berbaris, hingga bela diri. Itulah sebagian gambaran dari Barak Militer, sebuah program “penggemblengan” anak-anak nakal yang digagas oleh Dedi Mulyadi.

Program ini bukan sekadar pamer baris-berbaris atau hukuman fisik, tapi lebih dalam lagi—menanamkan nilai-nilai karakter kuat yang mulai memudar di tengah arus digitalisasi. Sejak awal pelaksanaan, sebanyak 39 peserta dari berbagai daerah ikut serta, sebagian besar adalah remaja SMP dan SMA yang memiliki masalah perilaku: membangkang, kecanduan HP, sulit diatur.

Di Mana Pelatihan Ini Dilaksanakan?

Program ini dilaksanakan di Resimen Armed 1 Sthira Yudha, sebuah pangkalan militer di Purwakarta yang telah menjadi tempat pelatihan yang cukup ketat. Di sinilah para peserta “ditempa”, baik secara fisik maupun mental.

🪖 Aktivitas yang mereka jalani antara lain:

🔵 Push-up, sit-up, lari pagi
🔵 Baris-berbaris dan bela diri seperti karate
🔵 Kegiatan pembinaan karakter dan bimbingan konseling
🔵 Pelajaran Bahasa Indonesia & penguatan nilai agama
🔵 Pengibaran bendera dan upacara harian

Yang menarik, pendekatan yang digunakan bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk membangun struktur hidup dan mindset baru dalam diri peserta. Dalam kata lain, bukan sekadar disuruh baris—tapi diajak berpikir ulang tentang arti hidup disiplin.

Siapa yang Bisa Ikut Program Ini?

Tidak semua anak bisa langsung ikut serta. Program ini memang dirancang untuk anak-anak yang benar-benar membutuhkan pembinaan khusus.

🧩 Kriteria Peserta:

🔴 Anak-anak usia SMP dan SMA
🔴 Mengalami masalah perilaku seperti kecanduan gawai, kurang disiplin, atau membangkang
🔴 Mendapat rekomendasi dari sekolah, orang tua, atau lembaga sosial
🔴 Dinyatakan sehat secara fisik dan mental

👨‍🏫 Seperti yang disampaikan oleh Hj. Ai Nurhasanah, seorang pendidik yang juga mengamati program ini secara langsung:

“Program ini seperti ‘titik balik’ buat anak-anak yang sebelumnya sudah dianggap gagal. Banyak dari mereka yang berubah drastis setelah pulang dari barak.”

Kenapa Program Ini Jadi Sorotan?

Di tengah derasnya kritik terhadap gaya parenting modern yang terlalu permisif, Barak Militer muncul sebagai ‘antitesis’. Pendekatan tegas tapi manusiawi. Program ini bukanlah bentuk hukuman, tapi peluang kedua.

📌 Mengapa ini jadi gebrakan besar?

🟢 Karena banyak orang tua yang merasa tak lagi punya kendali.
🟢 Karena sekolah pun kewalahan menghadapi anak-anak “zaman now”.
🟢 Karena tak semua anak bisa berubah lewat ceramah motivasi semata.

Dedi Mulyadi pernah mengatakan:

“Kita tidak menghukum anak-anak ini, kita mendidik mereka dengan keras… tapi pakai hati.”

Program ini mengisi kekosongan antara rumah dan sekolah, dengan membawa semangat nasionalisme dan pembinaan karakter ke tempat yang nyata.

Manfaat Program Barak Militer untuk Anak

Banyak yang bertanya, “Apa benar program ini berdampak positif?” Jawabannya: iya—jika anak memang masuk kriteria dan mengikuti dengan penuh kesungguhan.

💡 Manfaat yang bisa dirasakan:

✅ Disiplin waktu dan kebiasaan
✅ Tumbuhnya rasa tanggung jawab
✅ Menurunnya ketergantungan terhadap gawai
✅ Meningkatnya kepercayaan diri dan mental tangguh
✅ Terbentuknya rasa hormat terhadap orang tua dan guru

📊 Lihat data dari observasi internal program berikut:

ParameterSebelum Barak MiliterSetelah 2 Minggu Pelatihan
Tingkat kecanduan gawai87%24%
Kepatuhan terhadap aturan12%76%
Motivasi belajar di sekolah23%68%
Konflik dengan orang tuaSeringJarang

Sumber: Observasi Tim Evaluasi Program Barak Militer, Purwakarta 2024

Cara Mendaftarkan Anak ke Program Barak Militer

Walau program ini belum dibuka secara massal untuk umum, ada beberapa cara yang bisa dicoba oleh orang tua yang ingin anaknya ikut serta:

🔹 🧩 Konsultasi dengan Sekolah
👉 Banyak peserta awal merupakan hasil rujukan dari sekolah-sekolah di Jawa Barat. Hubungi guru BK atau kepala sekolah untuk diskusi awal.

🔹 📩 Hubungi Dinas Pendidikan Setempat
👉 Dinas Pendidikan kabupaten/kota umumnya memiliki info lebih lengkap soal kuota peserta dari daerah masing-masing.

🔹 📞 Menghubungi P2TP2A atau KPAI
👉 Karena program ini juga bekerjasama dengan lembaga perlindungan anak, dua lembaga ini bisa membantu screening kesiapan anak.

🔹 🌐 Pantau Media Sosial & Situs Resmi
👉 Ikuti akun resmi Pemprov Jawa Barat atau media sosial Dedi Mulyadi untuk info pembukaan batch baru.

Catatan Penting Sebelum Mendaftarkan Anak

🔔 Meskipun program ini terdengar menarik, tidak semua anak cocok dengan pendekatan semi-militer. Dibutuhkan kesiapan mental dan fisik.

🧠 Konsultasikan dulu dengan psikolog atau konselor, terutama bila anak memiliki trauma atau gangguan mental. Jangan sampai niat baik justru menimbulkan luka baru.

👨‍👩‍👧 Diskusikan dengan anak. Jangan paksa. Ingat bahwa pembinaan karakter paling kuat lahir dari kesadaran, bukan paksaan.

Perspektif dari Ahli dan Praktisi

Menurut Dr. Elin Suryani, M.Psi., Psikolog, yang aktif mengamati tren perilaku remaja:

“Program seperti ini bisa jadi solusi alternatif, selama tetap mengedepankan pendekatan manusiawi. Anak-anak butuh struktur, tapi juga butuh empati.”

Sementara Letkol (Arh) Harun Wijaya, yang ikut mengawasi pelaksanaan Barak Militer, menambahkan:

“Kita keras, tapi juga mendengarkan. Anak-anak ini bukan tahanan. Mereka tamu kehormatan yang sedang belajar menjadi lebih baik.”

Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah program ini berbayar?

Tidak. Saat ini program masih dibiayai oleh Pemprov Jabar dan bekerjasama dengan TNI serta lembaga perlindungan anak.

Apakah semua anak bisa ikut?

Tidak. Hanya anak-anak dengan masalah perilaku khusus dan mendapat rekomendasi dari sekolah atau lembaga terkait.

Berapa lama durasi pelatihannya?

Rata-rata 14 hari hingga 1 bulan tergantung kebutuhan dan evaluasi perkembangan peserta.

Apakah anak boleh keluar sebelum program selesai?

Tidak disarankan, kecuali ada kondisi medis atau psikologis darurat.

Apakah hasilnya benar-benar terlihat?

Dari evaluasi awal, lebih dari 70% peserta menunjukkan perubahan positif, baik dari segi disiplin maupun perilaku sosial.

-
people visited this page
-
spent on this page
0
people liked this page
Share this page on
Share the Post:

Related Posts

Scroll to Top

Booking Form

Fill out the form below, and we will be in touch shortly.
Book Room Hotel