Ada sesuatu dari Gunung Salak yang membuatnya berbeda. Bukan karena ketinggiannya yang “hanya” 2.211 mdpl. Tapi karena atmosfer yang menyelimutinya sejak dari kaki gunung—mistis, misterius, dan kadang bikin merinding bahkan sebelum kita mulai melangkah.
Dalam 10 tahun terakhir, Gilang Setia, seorang pecinta alam yang rutin mendaki Salak, telah mengoleksi segudang pengalaman, mulai dari yang menyentuh hingga yang membuat bulu kuduk berdiri. Kisah ini bukan sekadar hiburan, tapi juga peringatan bagi siapa pun yang ingin bertualang ke gunung yang satu ini.
🔦 Insight Penting dari Pendakian Mistis di Gunung Salak
- 👻 Banyak tempat keramat dan larangan tak tertulis di jalur pendakian
- 💨 Kesombongan dan sikap menantang bisa mengundang petaka
- 🧭 Medan Gunung Salak sulit dinavigasi saat kabut turun
- 🙏 Etika dan sopan santun sangat penting selama di gunung
- 🌲 Ada makhluk gaib yang bisa muncul jika kita melanggar ‘aturan tak terlihat’
Ketika Keberanian Berubah Menjadi Kesalahan
Saat Gilang mendaki bersama tiga temannya beberapa tahun lalu, salah satunya, Rizki, membawa misi yang aneh: menantang mitos Gunung Salak.
Dia skeptis, tak percaya hal-hal gaib, dan terang-terangan menantang keberadaan mitos yang selama ini menyelimuti Salak. Awalnya sih semua tampak normal. Tapi ketika mereka butuh 2 jam lebih hanya untuk menempuh jalur yang biasanya bisa dilalui dalam 2,5 jam, semua mulai terasa ganjil.
⏳ Mereka terjebak di area Tanah Datar, dekat alat pendeteksi gempa. Waktu terasa melambat, dan Rizki yang tadinya sok berani, mulai kena mental. Bahkan sempat pengen nyerah.
Sosok Misterius Berpakaian Pendaki
Setelah sampai di mata air terakhir jalur Pasir Angin, mereka mulai membagi tugas. Dua orang mengambil air, dua lainnya membangun tenda. Saat itulah Rizki terlihat berbicara sendiri, seolah sedang ngobrol dengan seseorang.
🧓 “Ada bapak-bapak,” katanya.
👖 Celana cargo, baju putih, tongkat—lengkap seperti pendaki biasa. Tapi Gilang nggak melihat siapa pun di sekitar.
Dan kengerian belum berakhir. Di dalam tenda, ketika hujan turun dan mereka mulai memasak, Rizki kembali melihat sosok bapak tadi—kali ini dengan wajah rusak dan ekspresi marah.
Alkohol, Kesalahan Fatal di Gunung Salak
Satu kesalahan fatal yang Gilang akui terjadi saat itu: Rizki membawa minuman keras. Dan dia langsung membuka botolnya begitu sampai tenda.
🛑 Gilang marah. Karena dia tahu, bukan hanya soal etika, tapi juga soal “mengundang” yang tak terlihat.
Dan benar saja. Malam itu, Rizki ketakutan, mengaku melihat sosok Pak Tua terus berada di luar tenda, mencoba masuk, menatap penuh amarah, bahkan menggenggam senjata tajam.
Dia tak berani keluar bahkan hanya untuk buang air. Dan akhirnya, mereka memutuskan turun malam-malam di tengah hutan gelap karena Rizki sudah terlalu trauma.
🧾 Tabel: Lokasi Mistis yang Sering Disebut di Gunung Salak
Lokasi / Jalur | Kejadian Mistis | Keterangan Tambahan |
Tanah Datar | Tersesat meski sudah tahu jalur | Efek ‘looping’ atau kabut misterius |
Mata Air Pasir Angin | Penampakan bapak tua berpakaian pendaki | Dekat lokasi camp biasa |
Area Kawah Ratu | Banyak pendaki nyasar | Kabut tebal dan jalur mirip |
Jalur menuju puncak | Penampakan perempuan putih terbang | Sering terjadi saat malam |
Pos berhitung (barisan) | Jumlah pendaki mendadak lebih satu | Makhluk gaib menyusup dalam rombongan |
Makhluk yang Menyusup Saat Berhitung
Salah satu kisah yang paling membekas dalam ingatan Gilang adalah saat mereka disuruh berhitung. Biasanya ini dilakukan untuk memastikan semua anggota aman. Tapi kali ini berbeda.
👣 Saat dihitung: ada satu lebih banyak.
👀 Semua diminta menunduk, wajah tak terlihat.
✋ Gilang memegang kepala satu per satu—dan benar, ada sembilan, padahal hanya delapan orang.
Setelah itu? Salah satu temannya langsung narik dia dan lari. Mereka tahu: bukan semua yang ikut berhitung adalah manusia.
Jangan Pernah Buang Pembalut Sembarangan
Dalam satu pendakian, seorang teman Gilang yang sedang menstruasi membuang pembalut sembarangan. Tak lama, dia berteriak, meronta, seolah kehilangan kesadaran.
Menurut juru pelihara lokal, Irwan, kejadian ini sangat umum di Gunung Salak. Selain karena kotoran dianggap menodai tempat yang ‘dimiliki’ oleh penghuni tak kasat mata, fisik yang lemah saat haid membuat seseorang lebih rentan kemasukan makhluk halus.
🌪️ “Kalau fisik udah capek, gampang banget kemasukan,” jelas Irwan.
Ritual Iseng yang Berujung Teror
Pernah juga salah satu teman Gilang mencoba membakar kemenyan karena penasaran ingin lihat sesuatu. Gilang sudah memperingatkan, tapi belum sempat dilarang, angin tiba-tiba berhembus kencang, dan…
👻 Muncullah sosok perempuan berpakaian putih, terbang di atas tenda mereka. Bukan kain bersih, melainkan lusuh, dan cepat sekali gerakannya.
Setelah mereka semua lari masuk tenda, terdengar tawa nyaring perempuan tersebut. Gilang dan teman-temannya gemetar, tak ada yang bicara sampai tertidur ketakutan.
Mitos Terkenal: Larangan Menyebut “Salak” dan “Nangka”
Di puncak Gunung Salak, mitos menyebut bahwa kata “Salak” dan “Nangka” sebaiknya tidak diucapkan. Alasannya? Konon, ada pohon nangka sebesar rumah dan buah salak sebesar kepala manusia.
🎭 Apakah ini nyata? Irwan menjelaskan:
“Kalau ucapannya tidak diniatkan untuk menantang, tidak apa-apa. Tapi kalau niatnya ingin menguji mitos, itu bisa memicu kejadian buruk.”
Etika adalah Kunci Utama Saat Mendaki Gunung Salak
💬 “Kalau kita sopan, menjaga perilaku, dan tidak iseng, biasanya tidak akan diganggu.”
– Irwan, juru pelihara Gunung Salak
Gunung Salak adalah tempat belajar. Bukan cuma tentang fisik dan stamina, tapi juga tentang etika, hormat, dan kesadaran diri. Gilang sendiri mengaku bahwa sejak semua kejadian itu, dia jauh lebih berhati-hati, tidak hanya secara logistik, tapi juga secara spiritual.
FAQ: Pertanyaan Umum tentang Mistis Gunung Salak
Apakah Gunung Salak benar-benar angker?
Banyak cerita dan kesaksian yang menyebut demikian, terutama dari pendaki berpengalaman. Terlalu banyak kejadian aneh yang sulit dijelaskan secara logika.
Bolehkah membawa alkohol atau benda ritual?
Sangat tidak disarankan. Selain berbahaya, bisa dianggap mengundang entitas gaib.
Kenapa banyak pendaki nyasar di Gunung Salak?
Medan sulit, kabut tebal yang sering tiba-tiba turun, dan adanya hutan larangan yang tidak boleh dilanggar.
Apa saja larangan di Gunung Salak?
Jangan membuang sampah sembarangan, tidak menyebut kata terlarang di puncak, jangan iseng dengan hal-hal spiritual.
Apakah masih aman untuk didaki?
Aman jika mematuhi aturan, etika, dan tidak mengganggu ‘penghuni’ yang tak terlihat.