Rangkuman Insiden Alien Alor, Menguak 60 Tahun Misteri

Fenomena Unidentified Flying Object (UFO) telah lama memancing rasa ingin tahu dan perdebatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun seringkali dianggap sebagai fiksi Hollywood atau bahan tertawaan, bukti-bukti dan pengalaman yang dicatat menunjukkan adanya keberadaan yang perlu diteliti secara serius. Buku “Alor Incident: 60 Years of Unknown 1959-2019” karya Nur Agustinus dan Venzha Christ menjadi upaya penting untuk mendokumentasikan dan menganalisis fenomena ini, khususnya insiden di Kepulauan Alor pada tahun 1959.

Minat dan Perkembangan Komunitas UFO di Indonesia Sejak tahun 1970-an, berbagai komunitas pemerhati UFO telah bermunculan di Indonesia. Meskipun banyak yang tidak lagi aktif, media sosial dan internet telah memfasilitasi pertumbuhan komunitas baru, termasuk penggiat UFO. Beberapa komunitas yang dikenal antara lain:

  • BETA-UFO, didirikan tahun 1997, telah menjalin kerja sama dan jaringan dengan berbagai pihak.
  • Studi UFO Indonesia (SUFOI), yang didirikan oleh Bapak J. Salatun.
  • Komunitas lain yang marak seperti v.u.f.o.c, Ufonesia, Indonesia UFO Hunters, META-UFO, Soulstar Indonesia, Turangga Seta, UFO Investigator, INFO-UFO, Extra-Terrestrial Independent Research, LANTÉRHA, Extraterrestrial Indonesia, Atlantis Indonesia, Darkside Of Dimension, Indonesian Myth Investigator Community, Grey Race Foundation, UFO Indonesia Community (UFOIC), Knowledge, The Gamers of Galaxians – Marham Squadron, The House of Kybalion, dan Cahaya Nusantara.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), ketika dipimpin oleh Bapak J. Salatun, sering menjadi rujukan untuk melaporkan fenomena UFO.

Penerimaan Realitas UFO: Perspektif Global dan Nasional Penulis buku ini, Nur Agustinus, meyakini keberadaan UFO dan adanya banyak bukti akurat serta terpercaya. Isu UFO bahkan telah dibicarakan secara resmi di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada 27 November 1978, masalah UFO menjadi mata acara no. 126 dalam Komite Politik Khusus Majelis Umum PBB, dengan agenda pembentukan badan PBB untuk penelitian dan penyebarluasan hasil penelitian UFO.

Isu ini pertama kali diajukan oleh Sir Eric Matthew Gairy, Perdana Menteri Grenada, pada tahun 1975, yang menyerukan negara-negara besar untuk berbagi informasi tentang UFO. J. Salatun, yang dikenal sebagai Bapak UFO Indonesia, menekankan bahwa masalah UFO perlu dipelajari secara serius karena alasan sosiologi, teknologi, dan keamanan. Para delegasi Grenada dalam sidang PBB dibantu oleh panel ilmiah yang mencakup tokoh-tokoh terkemuka seperti Dr. J. Allen Hynek dan Dr. Jacques Vallee.

Beberapa tahun belakangan, banyak negara telah merilis dokumen-dokumen UFO yang sebelumnya dirahasiakan, mungkin karena kekhawatiran masyarakat akan panik. Fakta ini menunjukkan bahwa pihak otoritas negara telah melakukan pendataan dan penyelidikan terhadap UFO. Contoh negara-negara yang telah membuka arsip mereka meliputi:

  • Prancis: Badan Antariksa Prancis (CNES) membuka arsip UFO secara online pada Januari 2007, menyimpan sekitar 6.000 bukti kehadiran UFO, dengan 1.600 insiden dipublikasikan.
  • Irlandia: Lembaga Pertahanan Irlandia merilis dokumen-dokumen rahasia mengenai piring terbang dan objek aneh dari tahun 1947.
  • Jepang: Juru bicara pemerintah Jepang secara resmi mengakui keberadaan UFO pada Desember 2007.
  • Inggris: Kementerian Pertahanan Inggris merilis ribuan dokumen, termasuk laporan pilot profesional dan ancaman objek luar angkasa.
  • Kanada: Membuka ribuan dokumen menyangkut UFO dan analisis penyelidikan mereka dari 1947 hingga awal 1980-an.
  • Denmark: Angkatan Udara Denmark merilis 329 halaman arsip-arsip penampakan UFO yang tidak terpecahkan.
  • Rusia: Pemerintah Rusia merilis dokumen rahasia militer mengenai UFO, seringkali ditemukan di perairan.
  • Swedia: Merilis ribuan file UFO, termasuk kasus UFO berbentuk cerutu yang masuk danau pada tahun 1980.

Pertanyaan besar yang muncul adalah mengapa informasi ini dirahasiakan sebelumnya dan kini dibuka kepada publik. Di Indonesia, penerimaan terhadap fenomena UFO masih menghadapi tantangan, dengan orang-orang yang bersaksi melihat UFO seringkali mendapatkan cemoohan atau ditertawakan.

Peran Pemerintah Indonesia dalam Penelitian UFO di Masa Lalu Meskipun saat ini banyak yang skeptis terhadap kepedulian pemerintah Indonesia terhadap UFO, di masa lalu, situasi ini berbeda. Pada tahun 1980-an, masalah UFO cukup banyak dibicarakan di majalah ilmu pengetahuan dan umum di Indonesia.

LAPAN, terutama di bawah kepemimpinan Bapak J. Salatun (Marsekal Muda TNI Purn), dianggap sebagai rujukan utama untuk laporan UFO. Beliau dikenal sebagai “Bapak UFO Indonesia” karena keseriusannya meneliti masalah ini, didukung oleh kredibilitas dari latar belakang militer Angkatan Udara serta karya-karya bukunya yang menjadi referensi penting.

Marsekal Roesmin Noerjadin, Kepala Staf Angkatan Udara (1966-1969), bahkan menyatakan dalam suratnya pada 1967 bahwa UFO yang terlihat di Indonesia identik dengan yang di negara lain dan terkadang menyebabkan masalah bagi Pertahanan Udara, bahkan pernah ditembaki.

Ada beberapa peristiwa penting yang menunjukkan kepedulian pemerintah Indonesia:

  • Insiden Surabaya 1964: Sekitar September 1964, UFO muncul di wilayah Surabaya, Malang, dan Bangkalan selama seminggu penuh. Mereka terlihat dengan mata telanjang maupun radar, bahkan ditembaki dengan meriam artileri pertahanan udara tanpa efek, dan salah satu UFO dikabarkan mendarat di selatan Surabaya.
  • Kunjungan J. Allen Hynek 1976: Pada tahun 1976, Prof. Dr. J. Allen Hynek, peneliti UFO terkenal dari AS, diundang ke Indonesia oleh Menteri Luar Negeri saat itu, Bapak Adam Malik. Adam Malik meminta Bapak Salatun menjadi pendamping Mr. Hynek. Konferensi pers dan wawancara khusus di TVRI diadakan, di mana masyarakat dianjurkan melaporkan kesaksian UFO kepada pemerintah setempat atau LAPAN. Peristiwa ini menunjukkan kepedulian serius pemerintah Indonesia pada masa itu.

Ketertarikan Adam Malik pada UFO diduga terkait dengan pengalamannya sebagai Presiden Majelis Umum PBB ke-26 pada tahun 1971. Informasi dari Steve Omar menyebutkan bahwa asisten Adam Malik di PBB, bernama Farida, meneliti UFO.

Pada Februari 1972, Farida bahkan mengklaim telah dihubungi oleh pesawat luar angkasa dari Mars, yang menawarkan pertukaran duta besar dengan PBB untuk hubungan diplomatik. Meskipun Dewan Keamanan PBB menolak tawaran tersebut, Adam Malik dan Farida terus berupaya membentuk dewan sipil untuk masalah ini.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa kunjungan Hynek ke Indonesia bukanlah hal yang dilakukan secara sembarangan, melainkan bagian dari upaya serius untuk mempelajari fenomena UFO.

Jaringan UFO Indonesia dan Harapan di Masa Depan Meskipun kasus penampakan UFO, pendaratan, perjumpaan dengan alien, hingga penculikan oleh alien banyak dilaporkan di Indonesia, masih banyak yang menganggapnya hanya ada di luar negeri atau pengaruh film. Untuk mengatasi hal ini, Venzha Christ menginisiasi pembentukan Indonesia UFO Network, sebuah platform jejaring bagi komunitas-komunitas yang bersinggungan dengan fenomena UFO.

Tujuannya adalah agar informasi dapat saling dibagikan dan terdokumentasi dengan baik, serta menjadi pusat sumber daya untuk penelitian dan kerja sama.

Gagasan ini mulai terwujud pada 3 Mei 2019 di Yogyakarta, dengan pertemuan pertama Indonesia UFO Network #1. Harapannya, setidaknya setahun sekali, komunitas dapat berkumpul dan berbagi temuan, laporan penampakan, atau hasil riset.

Konferensi Internasional SETI dan “Hari UFO Indonesia” Pada tahun 2019, Konferensi Internasional SETI (Search for Extra-Terrestrial Intelligence) diadakan untuk keempat kalinya di Yogyakarta oleh ISSS (Indonesia Space Science Society) bersama v.u.f.o.c lab. Konferensi ini bertujuan meningkatkan minat masyarakat terhadap Ilmu Antariksa dan Astronomi.

Di konferensi SETI #04 pada 20-21 Juli 2019, bertepatan dengan peringatan 20 tahun HONF Foundation, dideklarasikanlah platform baru “Indonesia UFO Network”. Lebih penting lagi, pada deklarasi itu, tanggal 21 Juli dicanangkan sebagai “Hari UFO Nasional”, sebuah hari untuk presentasi berkala hasil riset dan penelitian dari berbagai komunitas dan institusi di bidang Ilmu Antariksa.

ISSS (Indonesia Space Science Society), digagas oleh Venzha Christ pada tahun 2014, bertujuan menyediakan infrastruktur dan platform bagi masyarakat untuk mempelajari Ilmu Antariksa dan Eksplorasi Antariksa. ISSS telah berkolaborasi dengan banyak lembaga penting internasional seperti JAXA, LAPAN, ITB, NASA, dan lain-lain, serta didukung oleh ilmuwan dan astronom penting Indonesia seperti Ilham A. Habibie dan Premana W. Premadi.

Venzha Christ, sebagai penggagas Indonesia UFO Network, adalah sosok penting yang membawa Indonesia ke dalam percakapan UFO dan Seni-Sains dunia. Ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti percobaan hidup di Mars dan simulasi bertahan dalam pesawat menuju Mars.

Venzha adalah direktur HONF Foundation, lembaga nirlaba yang bergerak di bidang seni dan teknologi sejak 1999, yang bertujuan menjembatani seniman dan ilmuwan.

“Hari UFO Indonesia” dianggap penting untuk menjembatani kesenjangan antara ilmuwan luar angkasa dan masyarakat umum. Dengan adanya hari ini, diharapkan presentasi dan hasil riset dapat lebih sering diadakan dan disebarluaskan, membangkitkan gairah pengetahuan luar angkasa di masyarakat. Alasan penetapan Hari UFO Indonesia pada 21 Juli antara lain:

  1. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pengamatan, penelitian, dan pertukaran informasi.
  2. Meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat mengenai fenomena UFO berdasarkan hak atas keterbukaan informasi publik.
  3. Menunjukkan kepada Indonesia dan dunia bahwa ada pemerhati serius fenomena UFO di Indonesia.
  4. Memberikan apresiasi dan penghargaan bagi kontributor dalam perkembangan komunitas dan penelitian UFO di Indonesia.

Tanggal 21 Juli juga dipilih karena bertepatan dengan pertemuan pertama komunitas UFO secara nasional (Indonesia UFO Network #2) dan relevansi dengan Insiden Alor yang terjadi pada bulan Juli 1959.

Insiden di Pulau Alor, Juli 1959: Perjumpaan Luar Biasa Peristiwa di Pulau Alor pada bulan Juli 1959, 60 tahun lalu, merupakan insiden krusial yang perlu diangkat secara nasional karena melibatkan berbagai kejadian terkait UFO, termasuk perjumpaan dengan makhluk asing, dugaan penculikan, dan penampakan benda terbang aneh. Insiden ini dicatat dan diteliti oleh Bapak J. Salatun.

Ada tiga catatan resmi Salatun mengenai insiden ini: dalam komunikasinya kepada J. Allen Hynek (24 Februari 1977), bukunya “UFO Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini” (1982), dan paper ceramahnya di tahun 1999.

Kronologi dan Detail Insiden Alor (menurut catatan J. Salatun):

  • Waktu Kejadian: Awal Juli 1959, berlangsung selama beberapa hari.
  • Lokasi: Kepulauan Alor, bagian timur Indonesia (termasuk Pulau Pantar).
  • Penampakan Makhluk Asing:
    • Tinggi rata-rata 1,80 meter, berkulit merah, berambut perak berombak.
    • Mengenakan seragam biru tua berlengan panjang, sepatu hitam, dan ikat pinggang dengan tongkat logam berbentuk tabung.
    • Bagian belakang kepala agak tinggi (tidak jelas apakah karena bentuk leher baju atau telinga).
    • Menurut bocah yang diculik, tingginya “Kalah tinggi dengan dokter Jerman yang suka datang kemari”.
    • Memiliki jenggot berwarna perak/platinum-blond dan roman muka berwarna merah.
    • Mirip model Kaisar Ming dari kartun Flash Gordon.
  • Perilaku dan Kemampuan Makhluk Asing:
    • Kebal terhadap serangan: Ketika dikepung penduduk dan diserang dengan panah, mereka kebal.
    • Kemampuan melompat tinggi: Berhasil meloloskan diri dengan melompat tinggi di atas kepala pengepung dan menghilang tanpa jejak.
    • Kebal peluru dan bisa menghilang: Polisi menembaki mereka dengan senjata otomatis (Bren, Garrand, Thompson) dari jarak 13 meter, tetapi tidak ada darah atau jenazah ditemukan. Hanya ada pohon-pohon yang tertembus peluru dan jejak kaki sejauh 5 meter sebelum menghilang.
    • Bisa melayang saat jatuh dari pohon.
    • Bisa membuat diri tidak kasat mata (kasus Alwi Alnadad).
  • Perjumpaan dengan Petani: Seorang petani dikepung sekelompok makhluk berseragam biru di timur Kalabahi. Mereka berkomunikasi dalam bahasa yang tidak dimengerti. Salah satu dari mereka menunjukkan alat bulat seperti jam weker kuno, yang dapat menampilkan pemandangan jauh di seberang hutan lebat dan bukit-bukit tinggi (diduga kombinasi televisi dan teropong sudut lebar). Petani ini diperlakukan ramah.
  • Penculikan Anak (Alien Abduction): Seorang anak berusia 6 tahun bernama Pangu “diculik” oleh kawanan makhluk asing. Ia ditemukan 24 jam kemudian di ladang dalam keadaan bingung. Anak itu menceritakan bahwa ia dibawa ke tengah hutan, menjalani pemeriksaan medis, dan ditawari berbagai jenis makanan yang dikenalnya.
  • Penampakan UFO: Setelah peristiwa penembakan, banyak penduduk melihat benda terbang berbentuk telur, berwarna putih gemerlapan, terbang dengan kecepatan tinggi di atas permukaan laut dari barat ke timur. Makhluk-makhluk asing ini tidak terlihat masuk atau keluar dari UFO; mereka menghilang setelah UFO tersebut terlihat meninggalkan Pulau Alor.

Analisis dan Klasifikasi Insiden Alor: Investigasi insiden Alor dilakukan secara teliti oleh J. Salatun, yang merupakan peneliti UFO senior dengan latar belakang militer dan pendiri LAPAN. Laporan ini datang dari saksi kredibel, mantan Kepala Polisi Alwi Alnadad, yang mengalami langsung kejadian tersebut. Meskipun kejadian ini baru diceritakan 17 tahun setelahnya, kredibilitas laporan tinggi karena konsisten dengan peningkatan aktivitas UFO di wilayah sekitar Indonesia Timur, Papua Nugini, dan Australia pada Juni-Juli 1959.

Deskripsi makhluk asing di Alor yang manusiawi, dengan seragam khusus, berbeda dengan gambaran “grey aliens” pasca-1980-an, namun konsisten dengan laporan tahun 1950-an. Tipe fisik mereka digolongkan sebagai tipe Nordik atau Tall White Alien, dengan tinggi rata-rata 1,80m, kulit merah, dan rambut perak berombak, mirip dengan yang dijumpai George Adamski pada tahun 1952.

Berdasarkan klasifikasi perjumpaan jarak dekat UFO oleh Dr. J. Allen Hynek, Insiden Alor mencakup beberapa jenis:

  • Perjumpaan Dekat Tingkat Pertama (CE1): Penampakan UFO berbentuk oval bersinar yang terbang rendah di atas laut.
  • Perjumpaan Dekat Tingkat Keempat (CE4): Kasus penculikan anak Pangu, yang menunjukkan adanya alien abduction.
  • Perjumpaan Dekat Tingkat Kelima (CE5): Perlakuan ramah terhadap petani yang dikelilingi makhluk asing, yang bahkan ditunjukkan sebuah alat.

Respon agresif polisi dengan menembaki pendatang asing dapat dipahami mengingat situasi politik yang genting di Indonesia pada tahun 1959, dengan adanya pemberontakan PRRI dan Permesta serta insiden agen CIA Allen Pope yang ditembak jatuh.

Konteks Regional: Penampakan UFO di Sekitar Alor pada 1959 Insiden Alor tidak berdiri sendiri; terjadi peningkatan aktivitas UFO di wilayah sekitar Indonesia bagian Timur, Papua Nugini, dan Australia hingga Selandia Baru pada Juni-Juli 1959.

  • Insiden Boianai (Papua Nugini), 26-27 Juni 1959: Diduga UFO yang sama terlihat di Papua Nugini sekitar seminggu sebelum peristiwa Alor. Dikenal sebagai “Father Gill’s UFO Visitors” atau “The Boianai Incident”, di mana Pastor William B. Gill dan sekitar 25 penduduk melihat benda terbang aneh dan makhluk humanoid. UFO tersebut berbentuk lonjong seperti telur, berwarna putih, bersinar terang, dan mengeluarkan kilasan biru panjang saat terbang.
  • Penampakan Selandia Baru, 13 Juli 1959: Ny. Frederick Moreland di Blenheim, Selandia Baru, melihat dua cahaya hijau terang yang turun dari awan. Benda berbentuk piring dengan dua lampu hijau terang dan lubang-lubang jet yang mengeluarkan api oranye. Ia melihat dua sosok pria mengenakan pakaian ketat mengkilap dan helm di dalam kubah transparan UFO tersebut. Setelah UFO menghilang, tercium bau aneh mirip lada. Penampakan ini juga dikuatkan oleh Roy Holdaway yang melihat benda serupa 30 menit sebelumnya.

Selain itu, berbagai laporan penampakan UFO tercatat di Papua Nugini dan Australia sepanjang Juni dan Juli 1959, mencakup penampakan cakram terbang, objek seperti perahu, lampu aneh, dan benda merah bercahaya yang mendarat. Salah satu laporan bahkan menyebutkan sebuah objek mirip kelapa yang bergerak dan mengeluarkan sinar sangat terang di Curug, Tangerang, pada 20 September 1959, yang disaksikan oleh petugas polisi dan patroli MBAU.

Kesimpulan: Tantangan Penelitian UFO di Indonesia Mitos bahwa tidak ada kasus UFO di Indonesia adalah salah; fenomena ini justru sangat sering terjadi. Untuk itu, diperlukan pendataan dan penyelidikan yang lebih serius. Ini adalah tantangan bersama bagi Indonesia UFO Network. Seperti yang dikatakan astronot NASA Edgar Mitchell, “Kita semua tahu bahwa UFO itu nyata. Yang perlu kita tanyakan adalah dari mana mereka berasal, dan apa yang mereka inginkan?”.

Semoga melalui upaya seperti Indonesia UFO Network dan penetapan Hari UFO Indonesia, kesadaran dan penelitian terhadap fenomena UFO di tanah air dapat semakin berkembang.

-
people visited this page
-
spent on this page
0
people liked this page
Share this page on
Share the Post:

Related Posts

Scroll to Top

Booking Form

Fill out the form below, and we will be in touch shortly.
Book Room Hotel